TANYA KENAPA ??????
Mata pelajaran sejarah masih dinilai memiliki metode pembelajaran yang membosankan bagi siswa sehingga hampir tidak diminati.
Selain itu, jumlah guru sejarah juga masih sedikit. Jumlahnya sekitar 9.000 guru untuk sejumlah 8.200 sekolah menengah atas negeri atau swasta.
Karenanya, Direktorat Nilai Sejarah Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata berharap guru-guru sejarah bisa meningkatkan mutu pembelajaran yang kreatif dan menarik. Sedikitnya, persoalan guru pun dapat menjadi tantangan karena tidak sedikit pula guru sejarah mengajar mata pelajaran lain.
“Kami terus memotivasi guru-guru bagaimana sejarah bisa menarik sehingga sejarah bisa menjadi lebih humanis. Guru tidak hanya mengandalkan hafalan saja,” kata Dirjen Sejarah dan Purbakala Departemen Kebudayaan dan Pariwisata Hari Untoro Drajat di acara workshop kesejarahan, di Hotel Puri Dalem, Denpasar, Selasa (16/6).Hari menambahkan, guru hendaknya berani mencari metode sendiri untuk menarik minat siswa. Alasannya, pelajaran sejarah penting guna membentuk karakter siswa dan sering dilupakan. Menurutnya, siswa dapat diajak interaksi dengan lokasi sejarah di daerah guru masing-masing.
“Harapannya, generasi sekarang kembali sadar sejarah,” ujarnya.
Hal senada juga dikatakan oleh Dirjen PMPTK Departemen Pendidikan Nasional Dr Bhaedhowi dalam acara yang sama. Dia menegaskan agar guru bisa mengembangkan dirinya sendiri khususnya bagi guru yang sudah bersertifikasi.
Sementara itu, Abbas Rahayamtel, peserta guru SMA 1 Kota Ternate, mengeluhkan sedikitnya jam untuk pelajaran sejarah.
“Kami hanya mendapat satu jam setiap pertemuan dengan siswa, lalu bagaimana kami dituntut untuk lebih kreatif, sedangkan bahan atau materi mata pelajaran itu sangat padat sehingga guru sudah sibuk bagaimana menyelesaikan materi,” ujarnya.
Workshop kesejarahan bertema “Mengembangkan Budaya Demokrasi melalui Pembelajaran Sejarah” digelar mulai sejak 16 hingga 20 Juni. Peserta berjumlah 65 orang berasal dari utusan wilayah Indonesia tengah, seperti Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Bali, Maluku, Sulawesi Selatan, dan Sulawesi Utara.
Sumber, Kompas Rabu, 17 Juni 2009 | 15:43 WIB
http://edukasi.kompas.com/read/xml/2009/06/17/15435164/sejarah.makin.tak.diminati.siswa.tanya.kenapa
No comments:
Post a Comment