Tuesday, December 18, 2012

CANDI SUKUH : Candi Misterius Nan Eksotis


Sejarah Candi Sukuh
       Para pakar sejarah kepurbakalaan termasuk para arkeologi hingga kini belum mengetahui secara tepat siapa dan kerajaan mana yang membangun Candi Sukuh. Melalui motif – motif pada reliefnya, mereka hanya berspekulasi bahwa candi ini merupakan perpaduan antara kebudayaan kerajaan majapahit menjelang keruntuhanya dengan sebuah kerajaan lain di jawa.
Berdasarkan catatan pada arsip – arsip kuno, ketika diketemukan batu – batu dan patung- patung candi ini berserakan, tidak terawat. Banyak di antara batu – batuan dan patung- patung telah hilang. Pada tahun 1815 semasa pemerintahan Sir Thomas Stamford Raffles, Residen Johhson di Surakarta memerintahkan pencarian dan pengumpulan data guna penulisan “The History of Java”.  Demi tujuan inilah kemudian studi tentang berbagai candi di jawa dan tempat – tempat lainya di Indonesia di lakukan.


            Berdasarkan relief dan ukiran huruf – huruf di bagian candi yang bertuliskan “ Gapura Bhuto Anguntal Jalma” atau “ seorang raksasa memangsa manusia”, melalui lambang condro sengkolo dalam kalender jawa ( gapuro=gerbang angka 9, bhuto=raksasa angka 5, anguntal=memangsa angka 3, jalmo=manusia angka 1, jika di balik akan diperoleh angka 1359 tahun saka atau menjadi 1437 masehi- selisih 78 tahun ) diketahui bahwa candi ini dibangun pada abad ke XV.
            Candi Sukuh merupakan candi erotis di pulau jawa. Bagi pengunjung daya tarik dan pesona candi ini nampaknya berasal dari patung- patung serta relief yang menggambarkan alat kelamin pria dan alat kelamin wanita. Ini logis karena Candi Sukuh sejauh ini merupakan satu- satunya candi erotis yanng ditemukan di pulau jawa. Bentuk candi ini pun di bagian depan menjorok berbentuk organ Vagina manusia.
            Beberapa patung dan reliefnya menampilkan orang- orang yang tidak berbusana ( bugil ). Pada gerbang utama candi kita dapat menyaksikan relief organ seks lelaki berhadapan satu sama lain dengan organ seks perempuan secara realitas. Sekalipun demikian relief ini dihiasi dengan semacam rangkaian karangan bunga atau semacam rantai- rantai perhiasan. Dengan ini kita bisa tahu bahwa seks seseungguhnya merupakan sesuatu yang penting dan hubungan seks yang sah merupakan sesuatu yang suci ( sakral ).
Dengan adanya relief dan patung tersebut membuktikan bahwa Candi Sukuh juga digunakan sebagai pemujaan roh nenek moyang atau leluhur, sebagai media komunikasi dengan para Dewa dan juga sebagai makam.

Struktur bangunan Candi sukuh
Bentuk candi Sukuh yang berupa trapesium memang tak lazim seperti umumnya candi-candi lain di Indonesia. Sekilas tampak menyerupai bangunan suku Maya di Meksiko atau suku Inca di Peru. Candi ini juga tergolong kontroversial karena adanya obyek-obyek lingga dan yoni yang melambangkan seksualitas.
Struktur candi sukuh tidakl seperti candi-candi lain di jawa boleh dikatakan candi Sukuh  menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku itu diterangkan bahwa bentuk candhi harus bujur sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang ditengah itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikwal Candi Sukuh ternyata menyimpang dari aturan-aturan itu, candi sukuh pusatnya tidak berada di tengah namun berda di bagian paling belakang 

Candi Sukuh dibangun dalam tiga susunan loka /trap (teras), yaitu:
Loka pertama
Gapura ini berukuran tinggi 8 m, lebar 12 m. Terletak di lantai satu atau gapura pembuka. Pada saat menapaki gapura pertama, yang mula – mula tampak adalah batu- batuan berundak yang merupakan karekteristik periode masa zaman prasejarah dengan bangunan megalitiknya.
Terdapat ukiran seekor burung Garuda dengan sayap terbuka sedang mencengkeram dua ekor naga. Burung Garuda merupakan wahana sang Dewa wisnu sedangkan naga adalah anak - anak Dewi Kadru. Relief ini berkaitan dengan kisah sang Garuda putra Dewi Winata yang sedang mencari Tirta Amerta ( air kehidupan ).                 
Di ambang pintu masuk bagian depan dan belakang terdapat relief kepala kala yang bentuknya sangat berbeda dengan kala di candi lain. Kepala kala di sukuh di gambarkan berjanggut panjang dan dipahat relief makara yang lazimnya dijumpai di sebelah kanan dan kiri pintu masuk sebuah candi.
Pada gapura ini ada sebuah candrasangkala dalam bahasa Jawa yang berbunyi gapura buta abara wong. Artinya dalam bahasa Indonesia adalah “Gapura sang raksasa memangsa manusia”. Kata-kata ini memiliki makna 9, 5, 3, dan 1. Jika dibalik maka didapatkan tahun 1359 Saka atau tahun 1437 Masehi.
Di bagian ini terdapat gambar Vagina (yoni) dan Penis (lingga) yang menurut filosofis hindu lingga dan yoni ini mengandung 3 makna yang berhubungan dengan kepercayaan jawa kuno yanng sudah mentradisi di masyarakat, memberikan makna bahwa manusia ada karena adanya Penis dan Vagina atau akibat persetubuhan kedua makhluk, memilki kuasa penghalau roh – roh jahat atau makhluk halus kasat mata. .
 Di bagian belakang pintu gerbang pertama di sebelah kiri terdapat tumpukan batu- batu berukir tetapi posisi awalnya belum diketahui dengan pasti. Masih tersisa sebuah meja, batu penjuru atau batu sendi ( umpak- jawa ). Dengan adanya batu penjuru di sini patut di duga semula ada sebuah bangunan rumah di atasnya.
Loka kedua
Gerbang ini berukuran tinggi 4 m, lebar 60 cm. Pintu gerbang loka kedua sudah rusak. Dikanan kiri gerbang yang lazimnya terdapat dua patung penjaga gerbang (dwarapala) masih di jumpai dua patung penjaga pintu berwajah menyeramkan namun tidak begitu jelas posturnya. Demikian pula pintu gerbang untuk menuju loka ketiga sudah rusak, tidak beratap serta tidak banyak di jumpai patung- patung disini.
Loka ketiga
Pada teras ketiga ini terdapat pelataran besar dengan candi induk dan beberapa relief di sebelah kiri serta patung-patung di sebelah kanan. Jika para pengunjung ingin mendatangi candi induk yang suci ini, maka batuan berundak yang relatif lebih tinggi daripada batu berundak sebelumnya harus dilalui. Selain itu lorongnya juga sempit. Konon arsitektur ini sengaja dibuat demikian. Sebab candi induk yang mirip dengan bentuk vagina
Untuk mencapai loka ketiga yang merupakan candi induk yang sangat di sakralkan pengunjung harus melalui batuan berundak yang relatif lebih tinggi di banding batu berundak sebelumnya. Belum lagi lorongnya amat sempit. Ini menyulitkan pengunjung terutama kaum wanita. Tampaknya ini memang disengaja di buat sebagai bagian dari ritual keagamaan pada waktu itu dengan menciptakan sejenis ujian khususnya bagi kaum hawa untuk mengetahui apakah seseorang masih gadis atau sebaliknya. Konon, ketika seorang gadis mengalami pendarahan pada selaput daranya mendaki batu undak dapat dipastikan ia masih suci. Sebuah legenda menuturkan bahwa apabila seorang gadis telah melakukan hubungan seksual pranikah sebelumnya, ketika ia melangkah batu undak ini kain yang dipakainya akan robek atau bahkan terlepas.
Tepat di atas candi utama di bagian tengah terdapat sebuah bujur sangkar yang kelihatannya merupakan tempat menaruh sesajian. Di sini terdapat bekas-bekas kemenyan, dupa dan hio yang dibakar, sehingga terlihat masing sering dipergunakan untuk bersembahyang.

Candi utama pada Candi Sukuh bentuknya trapesium Dengan struktur bangunan seperti ini Candi Sukuh dikatakan kembali menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku itu diterangkan bahwa bentuk candhi harus bujur sangkar. Hal tersebut bukanlah suatu yang mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, era kejayaan Hindu sudah memudar, dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori jaman Megalithic, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa Indonesia tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candhi Sukuh ini. Karena trap ketiga ini trap paling suci, maka maklumlah bila ada banyak petilasan. Seperti halnya trap pertama dan kedua, pelataran trap ketiga ini juga dibagi dua oleh jalan setapa yang terbuat dari batu. Jalan batu di tengah pelataran candi ini langka ditemui di candi-candi pada umumnya. Model jalan seperti itu hanya ada di “bangunan suci” prasejarah jaman Megalithic
Di sebelah selatan jalan batu, di pada pelataran terdapat fragmen batu yang melukiskan cerita Sudamala. Sudamala adalah salah satu 5 ksatria Pandawa atau yang dikenal dengan Sadewa. Disebut Sudamala, sebab Sadewa telah berhasil “ngruwat” Bathari Durga yang mendapat kutukan dari Batara Guru karena perselingkuhannya. Sadewa berhasil “ngruwat” Bethari Durga yang semula adalah raksasa betina bernama Durga atau sang Hyang Pramoni kembali ke wajahnya yang semula yakni seorang bidadari.di kayangan dengan nama bethari Uma Sudamala maknanya ialah yang telah berhasil membebaskan kutukan atau yang telah berhasil “ngruwat”.Adapun Cerita Sudamala diambil dari buku Kidung Sudamala
Pada lokasi ini  terdapat dua buah patung Garuda yang merupakan bagian dari cerita pencarian Tirta Amerta yang terdapat dalam kitab Adiparwa, kitab pertama Mahabharata. Pada bagian ekor sang Garuda terdapat sebuah prasasti. Kemudian sebagai bagian dari kisah pencarian Tirta Amerta (air kehidupan) di bagian ini terdapat pula tiga patung kura-kura yang melambangkan bumi dan penjelmaan Dewa Wisnu..Candi utama yang berbentuk piramida yang puncaknya terpotong melambangkan Gunung Mandaragiri yang diambil puncaknya untuk mengaduk-aduk lautan mencari Tirta Amerta

Fungsi Candi Sukuh
Dari tempat asalnya, fungsi candi merupakan bangunan suci untukpemujaan/upacara ritual kepada para dewa. Setibanya di Nusantara fungsi candi tidak hanya difungsikan untuk pemujaan (bangunan suci) tetapi juga untuk tempat perabuan (pemakaman). Dimasa kerajaan HinduBudha berjaya ditanah air, jenazah para raja yang diyakini sebagai titisan dewa setelah dikremasi (diperabukan=dibakar ditanam di candi pada suatu wadah yang disebut peripih. Dalam istilah kuno proses ritual demikian diistilahkan dengan kata dicandikan, artinya dimakamkan di candi
Fungsi candi sukuh sendiri adalah sebagai pemujaan, jadi tidak heran jika masih ada masyarakat yang datang untuk melakukan pemujaan. Di candi ini ada ritual mistisnya tidak kurang juga wisatawan mancanegara khususnya para wanita yang tampak kurang berkenan dengan penjelasan yang berkenaan dengan ritual yang berhubungan dengan seks di Candi Sukuh ini. Yang pertama tentang adanya sekelompok orang yang berbondong- bondong datang pada bulan purnama dan kemudian membentuk lingkaran dengan membawa lilin dan kemenyan serta menaikan doa- doa pujian untuk memohon kekuatan jasmani dan rohani. Ritual ini berlangsung hingga larut malam. Konon disebutkan pula adanya ritual mistis berupa persenggamaan di sebuah altar candi, dan uji keperawanan (virginitas) seseorang pada masa itu. Ritual lagi yang mungkin sampai sekarang masih yaitu tentang Suwuk, Ruwatan atau Ngruwat.

Kesimpulan
Candi Sukuh terletak di lereng Gunung Lawu. Letaknya di tempat ketinggian dan sulit dicapai menunjukan semangat religius yang tinggi para pendukungnya. Prasasti yang ditemukan menunjukan abad XV atau masa kerajaan Majapahit oleh Raja Brawijaya V yang berkuasa di Jawa Tengah. Ditinjau dari latar belakang pendirian candi sukuh adalah untuk menunjang kegiatan upacara agama hindu. Hal ini juga dapat menjadi bukti keberadaan dan kelangsungan pengaruh india yang ikut memperkaya kebudayaan indonesia. Ornamen- ornamen dan relief – reliefnya menunjukan hal – hal yang dilakukan manusia dan cerita tentang Kidung Sudamala. Seperti pada ukiran gerbang pertama ada relief burung garuda dan relief alat kelamin perempuan dan laki- laki di lingkari oleh rantai. Hingga ke candi induk reliefnya yang mungkin saja kalau jarang mellihat akan menjadi jijik karenanya. Pemilihan tempat yang berada dilembah yang digunakan untuk melaksanakan upacara keagamaan hindu mencerminkan adanya kesinambungan budaya antara kepercayaan tradisional dengan kebudayaan hindu.
Candi sukuh memiliki ciri khas yang tidak dimiliki oleh candi-candi lain srtruktur bangunannya boleh dikatakan menyalahi pola dari buku arsitektur Hindu Wastu Widya. Di dalam buku itu diterangkan bahwa bentuk candhi harus bujur sangkar dengan pusat persis di tengah-tengahnya, dan yang ditengah itulah tempat yang paling suci. Sedangkan ikwal Candi Sukuh ternyata menyimpang dari aturan-aturan itu, hal tersebut bukanlah suatu yang mengherankan, sebab ketika Candi Sukuh dibuat, Era kejayaan Hindu sudah memudar, dan mengalami pasang surut, sehingga kebudayaan asli Indonesia terangkat ke permukaan lagi yaitu kebudayaan prahistori kebudayaan Megalithik, sehingga mau tak mau budaya-budaya asli bangsa Indonesia tersebut ikut mewarnai dan memberi ciri pada candhi Sukuh ini. pada trap pertama ,kedua, pelataran trap ketiga ini juga dibagi dua oleh jalan setapak yang terbuat dari batu. Jalan batu di tengah pelataran candi ini langka ditemui di candi-candi pada umumnya. Model jalan seperti itu hanya ada di “bangunan suci” prasejarah dalam budayaMegalithik
Secara keseluruhan, mengunjungi objek wisata Candi Sukuh memberikan pandangan baru akan bentuk candi maupun relief-reliefnya yang tidak lazim seperti layaknya candi-candi lain di pulau jawa. Tentunya hal ini merupakan bukti yang menunjukkan bukti akan kekayaan budaya bangsa Indonesia

DAFTAR PUSTAKA
Drs. S.Soetarno. 1986. Aneka Candi Kuno di Indonesia. Semarang: Dahara Prize.
Asmadi, Suwarno. Soemadi, Haryono.2004. Candi Sukuh Antara Situs Pemujaan dan Pendidikan Seks. Surakarta: C.V.Massa Baru.
John Miksic. 2002. Sejarah Awal. Jakarta: PT. Widyawara.
Nugroho, dkk. 1993. Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta : Balai Pustaka.
I Gusti Made Widia. 1985. Adi Parwa Seri Mahbarata.
Widyatmanta. 1958. Adiparwa.________
Website :
id.wikipedia.org/wiki/Candi_Sukuh
http://kabutinstitut.blogspot.com/2009/02/eksplorasi-candi-sukuh.html

No comments:

Post a Comment